Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Saat Indonesia Berduka, Stasiun RCTI Tayangkan Acara Lebay

Sedekah Ilmu, Beberapa hari terakhir, bangsa Indonesia berduka akibat tragedi pesawat AirAsia yang hilang sejak Minggu (28/12/2014) lalu. Pada hari Selasa (30/12/2014), puing pesawat diketemukan dalam bentuk serpihan dan jenazah para penumpang yang menjadi korban, satu demi satu ditemukan dan dievakuasi oleh Basarnas dari perairan lepas pantai Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Namun, rupanya peristiwa tersebut tidak membuat salah satu stasiun TV Swasta Nasional ini mengurungkan untuk menyiarkan acara “ngunduh mantu” pasangan artis Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang disiarkan secara Live dari Bumi Sangkuriang, Bandung.

Alhasil, meskipun acara tersebut dipenuhi ratusan warga, gelombang kecaman langsung mengalir di situs-situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook.
“Di saat semua orang sedang berduka akibat AirAsia, Raffi ahmad malah nyiarin nikahannya di RCTI,” tulis salah satu akun yang kecewa dengan acara tersebut.
"@KPI_Pusat tolong ditegur dong RCTI dan Raffi dan Gigi yang ngadain acara ngunduh mantu live di tengah korban2 Air Asia yang bersedih,"
“Di saat tvone & metrotv nayangin progress airasia pagi-malam. Rcti malah nayangin ngunduh mantu live!! Apa nggak ada sedikit rasa berduka?,” kicau akun lainnya.

Menurut jadwal yang beredar tertulis, acara Ngunduh Mantu Raffi-Nagita diperkirakan akan berjalan selama 4 jam 30 menit, dari pukul 18:00 hingga 22:30 WIB. Raffi Ahmad sendiri sebelumnya ingin menggelar pesta rakyat di Alun-alun Kota Bandung, tapi tidak mendapat izin dari Walikota Bandung, Ridwan Kamil


Ini bukan pertama kalinya RCTI membuat tayangan Lebay, sebelumnya pada peristiwa Longsor Banjar Negara Jawa Tengah, RCTI juga menyiarkan secara live proses persalinan Ahsanti, Istri dari musisi sekaligus anggota DPR RI Terpilih periode 2014 – 2019, Anang Hermansyah. Kala itu acara tersebut juga mendapat kritikan dari masyarakat umum bahkan anggota Dewan dan Tokoh Masyarakat.

Nampaknya, media kini bukan hanya menjadi pembuka Informasi bagi masyarakat semata, akan tetapi kini telah dijadikan sebagai ladang meraup rupiah dan keuntungan semata demi kejayaan sebuah bisnis.

Kita mungkin berpikir, apa yang ada dibenak pasangan Raffi – Nagita maupun Anang – Ahsanti yang tetap mengizinkan acara mereka disiarkan secara live, atau mungkin mereka terlanjur meneken kontrak dengan pihak sponsor dan takut rugi, atau takut ratingnya turun. Tapi kita juga tidak bisa serta merta menyalahkan kedua pasangan tersebut, karena itu menjadi hak mereka, kita tidak mungkin menyuruh Ahsanti menunda waktu melahirkan, atau menyuruh raffi ahmad membatalkan acara ngunduh mantu. akan tetapi sebagai bangsa masyarakat yang hidup bersosial dan dalam budaya ketimuran, hendaklah tetap mempertimbangkan setiap keputusan dengan bijak dan tetap mengedepankan "Tepo Sliro" dalam kehidupan bersosial dan bernegara, dan tentunya kita juga berharap kepada Pemerintah melalui KPI untuk mampu menjalankan fungsi kontrol sebagai Institusi pengawas program siaran pertelevisian.

 

Saya Mau, Asal Ada Insentifnya !

Sedekah Ilmu, - Selamat siang masyarakat.., Sedikit ada yang mengganjal hati saya, ketika saya mendengar salah seorang Buruh Negara (Pegawai Negeri Suka-suka) yang rencana-nya akan diberikan tugas tambahan diluar tupoksinya (tugas Pokok dan fungsi), meminta Insentif sebagai konsekuensi dari tugas tambahan tersebut. “asal ada insentifnya, saya mau” kurang lebih seperti itu bahasanya. Saya jadi berpikir “bukankah Pegawai Negeri Suka-suka tersebut sudah diberikan Gaji oleh Negara, bahkan diberikan tunjangan kinerja sebagai bentuk penghargaan Negara atas tanggung jawab dan pelaksanaan tugas yang diamanahkan kepadanya”. Kok masih minta lagi.

Pemberian Tunjangan Kinerja tentunya tanpa maksud dan tujuan, pemberian tunjangan kinerja bertujuan agar pegawai/karyawan dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya, mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Biasanya, seorang pegawai/karyawan yang mempunyai tugas dan tanggungjawab lebih besar, akan diberikan Tunjangan Kinerja yang lebih besar pula, dibandingkan dengan karyawan yang lain. Jika tugas dan tanggung jawab itu dilaksanakan dengan baik tentunya itu tidak menjadi masalah, Permasalahannya bukan terletak pada besar atau kecilnya tanggung jawab yang dipikul atau penghasilan yang diterima, akan tetapi “Sudahkah kita melaksanakan Tupoksi kita dengan baik, sehingga kita layak mendapatkan gaji, tunjangan kinerja, bahkan berani meminta “Insentif”. Jika kita berani mengevaluasi diri kita sendiri, tentunya ungkapan yang diucapkan seorang yang saya gambarkan diatas tidak akan diucapkan.

Bukan tanpa alasan saya mengemukakan hal tersebut, karena menurut pengamatan pribadi saya, yang bersangkutan berkerja biasa saja “nothing special else”, bahkan cenderung lebih banyak ongkang-ongkang kaki alias lebih banyak nganggurnya daripada bekerja. Saya sendiri belum mampu memahami apakah hal tersebut dikarenakan karena bahan pekerjaan yang kurang atau karena faktor kemalasan.

PNS, Antara Gaji, Tunjangan Kinerja dan Insentif.

Gaji

Pengertian gaji, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaji adalah upah kerja yg dibayar dalam waktu yg tetap; balas jasa yg diterima pekerja dalam bentuk uang berdasarkan waktu tertentu, gaji pokok adalah komponen dasar penghasilan seseorang yg digunakan sebagai patokan untuk menghitung komponen lainnya, seperti tunjangan keluarga, tunjangan perumahan, dan insentif; upah dasar

Intensif

Pengertian intensif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah secara sungguh-sungguh dan terus menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yg optimal. Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1984 : 1) :Insentif adalah pengupahan yang memberikan imbalan yang berbeda karena memang prestasi yang berbeda. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat menerima insentif yang berbeda karena bergantung pada prestasi. Insentif adalah suatu bentuk dorongan finansial kepada karyawan sebagai balas jasa perusahaan kepada karyawan atas prestasi karyawan tersebut. Insentif merupakan sejumlah uang yang di tambahkan pada upah dasar yang di berikan perusahaan kepada karyawan.

Menurut Nitisemito (1996:165), insentif adalah penghasilan tambahan yang akan diberikan kepada para karyawan yang dapat memberikan prestasi sesuai dengan yang telah ditetapkan. Menurut Pangabean (2002 : 93, Insentif adalah kompensasi yang mengaitkan gaji dengan produktivitas Insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.

Tunjangan Kinerja.

Dalam peraturan Kepala BKN yang dimaksud dengan Tunjangan Kinerja adalah tunjangan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang besarnya didasarkan pada hasil evaluasi jabatan dan capaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil. Tunjangan berasal dari kata Tunjang yang dalam dalam Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia Tunjangan memiliki arti uang (barang) yg dipakai untuk menunjang; tambahan pendapatan di luar gaji sebagai bantuan; sokongan; bantuan sedangkan kinerja memiliki arti 1. sesuatu yg dicapai; 2. prestasi yg diperlihatkan; 3 kemampuan kerja (peralatan);

Jika kita memahami pengertian kata-kata diatas, maka sudah selayaknya sebagai seorang Buruh Negara (PNS) wajib bersyukur, karena kita mendapatkan salah satu diantaranya, bahkan mendapatkan ketiganya. Malahan bagi mereka yang mendapatkan jabatan, akan mendapatkan Tunjangan Jabatan dan di beberapa daerah ada pula yang mendapatkan tunjangan kemahalan, tunjangan daerah terpencil, tunjangan sertifikasi dll, bahkan semua PNS mendapatkan uang makan setiap bulannya, belum lagi bagi mereka yang melakukan perjalanan dinas akan mendapatkan biaya perjalanan dinas yang setau saya jumlahnya selalu lebih besar dibandingkan dengan biaya yang kita keluarkan.

Kembali lagi ke masalah Intensif, menurut dari sumber yang saya baca tujuan dari insentif adalah untuk memberikan tanggungjawab dan dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan tujuan utama pemberian insentif adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja individu maupun kelompok, ada juga yang berpendapat bahwa intensif diberikan sebagai balas jasa kepada seorang pegawai/karyawan atas tercapaianya tujuan organisasi atau kinerjanya yang melampaui target / berprestasi.

Nah, jika kita faham apa itu intensif maka ungkapan bahasa yang dikemukakan oleh seorang Pegawai Negeri Suka-suka diatas tentunya tidak patut diucapkan, karena intensif itu adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja yang kita capai. dengan kata lain kerja dulu, baru dapat Intensif, lha ini belum kerja kok sudah minta Intensif, belum tau hasil kerjanya seperti apa.

Mungkin seperti itulah wajah Pegawai Negeri Suka-suka di negeri ini, dihasilkan dari proses perekrutan yang berdasar relasi bukan prestasi, nggak kuliah, tapi punya ijasah, melakukan suap untuk untuk bisa berpredikat PNS, jadi gag heran kalo banyak PNS yang jadi koruptor karena dilahirkan dari sistem yang kotor. Mencari uang pengganti modal masuk ketika menjadi PNS. Mau kerja cari uang kok musti ngeluarin modal !!!

Mungkin pemerintah terlalu memanjakan atau mungkin terlalu baik kepada PNS, gag kerja tetap dapat gaji, sekedar mengisi absen, duduk kemudian memanjakan diri entah ke Mall atau ke Warung kopi. Hemm .. Makan gaji buta, andai gaji itu punya mata, pasti belok ke PNS yang rajin hehe. Memang tidak semua PNS demikian, tapi itulah yang mungkin tergambar dalam benak sebagian masyarakat kita. andai pemerintah menerapkan sistem seperti yang diterapkan oleh pihak swasta, penghasilan didasarkan atas produktivitas dan kinerja pegawai, tentu akan banyak PNS yang dipecat karena tidak berkompeten, banyak PNS yang gajinya dipotong karena malas kerja, yah inilah Negeri tercinta kita INDONESIA. Sing becik ketampik tampik, sing olo dipujo-pujo

Tulisan saya diatas tidak bermaksud memojokkan pekerjaan PNS, justru pekerjaan itu saya anggap pekerjaan yang sangat mulia, jika amanah sebagai Abdi Negara, dilaksanakan penuh tanggung dan disertai dengan Integritas, karena sejatinya PNS adalah pelayan masyarakat, dan saya juga bukan orang yang bersih, tetapi semua manusia pastinya menginginkan hal yang baik, melupakan dan mengubur semua hal yang buruk di masa lalu, kemudian menjadikannya sebagai pembelajaran agar masa depan kita menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat.

Bagaimana Penilaian Anda ??? 

” Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain ” (HR. Bukhari).

Wassalam.

Pilih Sedekah Ilmu atau Sedekah Harta ?

Saya mengagumi ulama-ulama besar seperti Imam al-Ghazali, Imam Ibnu al-Jauzy, Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Hasan al-Banna karena ilmu yang mereka miliki, ketekunan mereka dalam beribadah, keluhuran akhlak mereka dan penghargaan mereka terhadap waktu. Imam Hasan al-Banna pernah mengatakan, kewajiban yang ada lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Pernyataan ini bukan pernyataan yang main-main, melainkan sebuah pernyataan yang keluar dari mulut seorang insan yang “bergelut” dengan waktunya dan sadar akan pentingnya waktu.

Cabang-cabang ilmu pengetahuan mulai dari fikih, ushul fikih, tafsir, hadits, tarikh, tasawuf, filsafat, sastra Arab, hingga ilmu kedokteran, mereka kuasai dengan baik. Bahkan mereka ahli pada semua bidang itu. Tak heran jika seorang Roger Garaudy sangat mengagumi ilmu yang dimiliki para ulama Islam, yang sangat banyak itu, yang tidak dimiliki ilmuwan-ilmuwan Barat. Kekagumannya itu membuatnya masuk Islam. Ya, ini sungguh luar biasa. Siapapun orangnya, yang tentu saja masih berakal sehat, pasti akan menyadari hal ini. Bagaimana mereka menguasai banyak ilmu pengetahuan dalam usia mereka yang tergolong pendek? Inilah pertanyaan yang mesti di jawab di sini.

 Saya berpikir, semua itu terjadi karena mereka sangat menghargai waktu. Sedetik pun waktu tidak pernah mereka sia-siakan. Kalaupun ada waktu yang terbuang percuma, mereka akan menyesal dan berusaha dikemudian hari hal itu tidak terulang lagi. Setiap hari, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk jiwa, raga, dan pikiran mereka. Ada seorang ulama yang menunggu kedatangan gurunya dalam sebuah majelis, lantas kemudian ia isi waktu luang itu dengan shalat sunah.
Imam Ibnu al-Jauzy pernah kedatangan tamu yang membicarakan hal-hal yang tak berguna. Dia meladeni mereka sembari menyerut pensil untuk menulis buku. Siang dan malam beliau tidak henti-hentinya berpikir, menulis, mengajar dan membaca. Imam Ibnu al-Jauzy pernah berkata, “Dari tanganku lahir dua ribu jilid buku dan di tanganku juga telah bertaubat seratus ribu orang, dua puluh ribu orang di antaranya masuk Islam.” Di antara karya-karyanya, Durratul Ikliil 4 jilid, Fadhail al-Arab, al-Amstaal, al-Manfaat fi Madzahib al-Arba’ah 2 jilid, al-Mukhtar min al-Asy’ar 10 jilid, at-Tabshirah 3 jilid, Ru’us al-Qawariir 2 jilid, Shaidul Khathir, Kitab al-Luqat (ilmu kedokteran) 2 jilid, dan sebagainya.
Imam Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama yang waktunya tidak pernah luput dari berbuat kebaikan. Hingga dipenjara sekalipun, ia tetap berusaha menulis, berceramah kepada para napi, dan lain sebagainya. Beliau pernah berkata, “Apakah yang akan diperbuat musuh-musuh terhadapku? Jika aku dipenjara, penjaraku adalah khalwah. Jika aku diasingkan, pengasinganku adalah tamasya. Dan jika aku dibunuh, kematianku adalah syahadah.” Sekalipun pena-penanya disingkirkan oleh pemerintah tirani, dia tetap saja menulis walaupun dengan arang.
Jika diberi umur yang panjang, niscaya mereka akan terus menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Namun kenyataan tidaklah terjadi demikian. Karena ilmu di dunia ini sangatlah banyak dan tak mungkin umur manusia yang pendek, dapat menguasai semuanya, para ulama akhirnya membuat pengurutan ilmu-ilmu apa saja yang “wajib” dikuasai oleh kaum muslimin. Imam Ibnu Qudamah dalam bukunya berjudul Mukhtashar Minhajul Qashidin mengomentari hadits yang berbunyi, “Mencari ilmu itu wajib atas setiap orang muslim,” dengan mengatakan bahwa yang dimaksud ilmu wajib di sini adalah ilmu muamalah hamba terhadap Tuhannya. Muamalah yang dibebankan di sini meliputi tiga macam: Keyakinan, perbuatan dan apa yang harus ditinggalkan.
Saya kemudian merenung tentang diri saya sendiri dan kebanyakan orang pada umumnya, betapa banyak waktu yang telah kita buang percuma. Mungkin satu atau dua jam waktu luang yang terbuang dalam sehari tidak akan kita rasakan dampak negatifnya. Namun jika dikumpulkan dalam setahun atau bahkan dalam seumur hidup, akan sangat terasa, betapa kita telah melalui banyak momen dengan hal yang tidak berguna. Waktu-waktu itu begitu cepat berlalu dan tak dapat kembali lagi. Sedetikpun ia tak mau. Pada akhirnya semua itu membuahkan penyesalan yang berkepanjangan. Kita hanya membawa amal yang sedikit kehadapan-Nya.
Seorang ulama shalih bernama Taubah bin ash-Shimmah biasa mengintrospeksi dirinya sendiri. Suatu hari dia menghitung-hitung, selagi sudah berumur enam puluh tahun. Dia menghitung-hitung hari-hari yang pernah dilewatinya, yaitu sebanyak sebelas ribu hari lebih lima ratus hari. Tiba-tiba saja dia tersentak dan berkata, “Aduhai celaka aku! Apakah aku harus bertemu Allah dengan membawa sebelas ribu limaratus dosa?” Setelah itu dia langsung pingsan dan seketika itu pula dia meninggal dunia. Pada saat itu orang-orang mendengar suara, “Dia sedang meniti ke surga Firdaus.” (Lihat Kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin)
Sebagian orang terlalu banyak berharap dengan amal yang sedikit, mudah-mudahan dapat masuk surga. Mereka mengacu pada hadits qudsi yang berbunyi, “Aku berada dalam sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Karena itu hendaklah dia menyangka terhadap-Ku menurut kehendaknya.” Mengomentari hadits ini, Imam Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya, ad-Daa’ wad-Dawaa, mengemukakan, memang Allah akan melaksanakan sangkaan hambanya. Namun tidak dapat diragukan bahwa baik sangka hanya terjadi jika ada kebaikan. Orang yang berbuat kebaikan adalah orang yang berbaik sangka kepada Allah, bahwa Dia akan membalas kebaikannya dan tidak akan mengingkari janji-Nya serta akan menerima taubatnya.
Adapun kezhaliman, kedurhakaan dan hal-hal haram yang dilakukan orang yang buruk dan intens dalam melakukan dosa-dosa besar, menghalanginya untuk berbaik sangka terhadap Allah. Yang demikian dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Seorang budak yang melarikan diri dan tidak lagi taat kepada tuannya, tentu tidak berbaik sangka kepadanya. Dia tidak bisa memadukan tindakan yang tidak baik dengan baik sangka. Orang yang buruk tentu merasa tidak respek, tergantung dari keburukannya. Maka orang yang paling berbaik sangka terhadap Allah ialah yang paling taat. Imam Hasan al-Bashri pernah berkata, “Sesungguhnya orang mukmin adalah orang yang berbaik sangka terhadap Tuhannya dan yang baik amalnya. Sedangkan orang keji ialah yang berburuk sangka terhadap Tuhannya dan buruk pula amalnya.”
Bagi mereka yang menyadari sangat dekatnya kematian, niscaya akan sangat menghargai waktu. Waktu kita yang berlalu dengan sia-sia, hendaklah menjadi cambuk, agar kelak, dikemudian hari, tidak melakukan hal yang serupa. Kita bertekad kuat untuk mengisi hari-hari dengan amal yang berkualitas guna memperoleh pahala dan ganjaran yang abadi. Bagi seorang yang kaya harta, maka ia akan berusaha untuk mewakafkan kekayaannya dan mendarmabaktikan dirinya untuk dakwah dan jihad fi sabilillah. Sedangkan bagi seorang penulis, ia akan menulis buku yang bisa dibaca oleh setiap orang setelahnya dan senantiasa beramal dengan pelbagai kebaikan. Dari karya-karyanya, banyak orang yang dapat mengikuti jejak amalnya. Itulah manusia yang tidak pernah mati. Betapa banyaknya manusia yang mati, namun pada hakikatnya mereka selalu hidup. (sumber yusuf mansur)

Valentine Day SAMA DENGAN Hari Mesum

Sejarah Hari Valentine, mitos Valentine's Dayatau asal muasal Hari Valentine. Menurut berbagai sumber on the net, ternyata hari valentine (hari kasih sayang) memiliki sejarah yang rancu. Dugaan yang beredar memiliki beberapa versi dibawah ini:

Antara Sholat Tarawih, Tahajjud dan Witir

Berawal dari SMS saya kepada seorang sahabat saya yang jauh disana, " kurang lebih begini bunyi sms saya, "Bangun de', sholat Tahajud" kebetulan kejadian tersebut terjadi pada ramadhan tahun ini (2011), kurang lebih sejam kemudian, sahabat saya membalas sms saya seperti ini  "udah mas, Tahajjud (Qiyamul Lail) sama dengan Tarawih jika dilaksanakan pada bulan Ramadhan" saya sedikit bingung membaca sms tersebut karena sepengetahuan saya sholat tahajjud dilaksanakan pada sepertiga malam, dan dilaksanakan setelah tidur dan biasanya dilaksanakan sendiri-sendiri, namun shalat tarawih (yang biasa kebanyakan masyarakat laksanakan dan bisa sy lihat) dilakukan usai sholat isya, dan dilakukan secara berjamaah, meskipun ada beberapa masyarakat yang melakukannya pada tengah malam.

sayapun browsing tanya ama mbah google, dan nemuin artikel ini : 

1. Shalat Tarawih


Pendapat yang populer dalam jumlah rakaat shalat malam yang dilakukan Rasulullah adalah sebagai berikut :


1. 11 rokaat terdiri dari 4 rokaat x 2 + 3 rokaat witir. Ini sesuai dengan hadist A'isyah yang diriwayatkan Bukhari.
2. 11 rokaat terdiri dari 4 rokaat x 2 + 2 rokaat witir + 1 witir. Ini sesuai dengan hadist Ai'syah riwayat Muslim.
3. 11 rokaat terdiri dari 2 rokaat x 4 & 2 rokaat witir + 1 witir. Ini juga diriwayatkan oleh Muslim.
4. Ada juga riwayat Ibnu Hibban yang mengatakan 8 rakaat + witir.
5. Ada juga riwayat yang mengatakan 13 rakaat termasuk witir.


Itu adalah diantara riwayat-riwayat yang sahih shalat malam yang dilakukan oleh Rasulullah. Khusus untuk bulan Ramadhan Rasulullah pernah shalat berjamaah bersama sahabat, kemudian hari berikutnya beliau tidak lagi melakukan hal yang sama, ketika ditanya alasannya, beliau menjawab karena khawatir diwajibkan. Kemudian pada masa Umar bin Khattab, karena orang berbeda-beda, sebagian ada yang shalat dan ada yang tidak shalat, maka Umar ingin agar umat Islam nampak seragam, lalu disuruhlah agar umat Islam berjamaah di masjid dengan shalat berjamah dengan imam Ubay bin Ka'b. Itulah yang kemudian populer dengan sebutan shalat tarawih, artinya istirahat, karena mereka melakukan istirahat setiap selasai melakukan shalat 4 rakaat.


Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan perbedaan riwayat mengenai jumlah rakaat yang dilakukan pada saat itu : ada yang mengatakan 13 rakaat, ada yang mengatakan 21 rakaat, ada yang mengatakan 23 rakaat. Khusus rakaat shalat tarawih, ada juga yang mengatakan 36 rakaat plus 3 witir, ini diriwayatkan pada masa Umar bin Abdul Aziz. Ada juga yang meriwayatkan 41 rakaat. Bahkan ada yang meriwayatkan 40 rakaat plus 7 rakaat witir. Riwayat dari imam Malik beliau melaksanakan 36 rakaat plus 3 rakaat witir.


Kebanyakan masyarakat Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi'i melaksanakan shalat Tarawih 20 rakaat atau 11 rakaat, termasuk witir. Kedua cara ini sama-sama mempunyai landasan dalil yang kuat. Shalat tarawih bisa juga disebut shalat qiyamullail, yaitu shalat yang tujuannya menghidupkan malam bulan Ramadhan. Penamaan shalat tarawih tersebut belum muncul pada zaman Rasulullah s.a.w.


2. Shalat Tahajud


Salat tahajud itu artinya salat malam setelah tidur sejenak. Tahajud berasal dari bahasa Arab "tahajjud", dari kata dasar "hajada" yang berarti "tidur" dan juga berarti "salat di malam hari". Orang yang melakukan salat malam disebut "haajid". Jadi bertahajud artinya melakukan salat sunat di malam hari, setelah tidur. Semua salat sunat yang dikerjakan di malam hari setelah tidur, dengan demikian, disebut salat tahajud atau salat malam (shalatullail). Shalat tahjud hukumnya sunnah muakkadah bagi umat Islam. Bagi Rasulullah hukumnya sunnah.


Dalam riwayat Muslim dikatakan "Sebaik-baik shalat setelah shalat fardlu, adalah shalat pada malam hari". Jenisnya macam-macam, bisa salat hajat, salat witir, salat tasbih, dan sunat mutlak, atau mungkin juga shalat tarawih.


Dalam melakukan tahajud disunatkan memulainya dengan salat sunat dua rekaat yang ringan (tidak panjang). Kata Nabi saw: "Jika salah satu di antara kalian melakukan salat malam, hendaknya memulainya dengan dua rekaat yang ringan".[Riwayat Muslim, Abu Daud, dan Ahmad]. Setelah itu silahkan melakukan salat sepuasnya, sekuatnya. Boleh berupa salat hajat (salat hajat ini boleh juga dilakukan di siang hari), salat tasbih, atau salat sunat mutlak (sunat mutlak ini maksudnya asal salat saja dua rekaat, niatnya salat sunat). Semua salat dilakukan dua rekaat-dua rekaat. Kecuali salat witir yang boleh disambung menjadi 3 rekaat, disertai tahiyat awal pada rekaat kedua (sebelum berdiri menuju rekaat ketiga).


Salat tahajud hendaknya diakhiri dengan salat witir. Jadi urutannya, witir dilaksanakan paling akhir, sekiranya setelah itu tidak melakukan salat lagi.


3. Shalat Witir


Di antara madzhab-madzhab fikih, hanya Abu Hanifah yang berpendapat wajibnya shalat witir. Sementara yang lain hanya menganggapnya sebagai sunnat muakkad [kesunaatan yang benar-benar dianjurkan]. Bahkan kedua murid Abu Hanifah sebagai pemegang otoritas utama madzhab Hanafiyah juga beranggapan sama, yakni hanya sunnat muakkad.


Shalat witir adalah "shalat ganjil", yang didasarkan pada hadits Nabi Muhammad: "Sesungguhnya Allah adalah witr [ganjil] dan mincintai witr [HR. Abu Daud]. Shalat ini dimaksudkan sebagai pemungkas waktu malam untuk "mengganjili" shalat-shalat yang genap. Karena itu, dianjurkan untuk menjadikannya akhir shalat malam.


Apabila seseorang berkehendak untuk shalat tahajjud pada malam hari, maka sebaiknya ia tidak menunaikan salat witir menjelang tidur, tapi melaksanakannya setelah shalat tahajjud. Namun jika ia tidak bermaksud demikian, maka sebelum tidur, ia dianjurkan untuk menunaikannya. Walhasil, shalat witir adalah shalat yang dilaksanakan paling akhir diantara shalat-shalat malam. Nabi Muhammad SAW mengatakan: "Jadikanlah witir akhir shalat kalian di waktu malam". [HR. Bukhari]. "Barang siapa takut tidak bangun di akhir malam, maka witirlah pada awal malam, dan barang siapa berkeinginan untuk bangun di akhir malam, maka witirlah di akhir malam, karena sesungguhnya shalat pada akhir malam masyhudah ("disaksikan") [HR. Muslim].


Adapun waktunya adalah setelah shalat 'Isya hingga fajar. Kata Nabi Muhammad SAW: "Sesungguhnya Allâh telah membantu kalian dengan shalat yang lebih baik daripada kekayaan rajakaya, yaitu shalat witir. Maka kemudian Allâh menjadikannya untuk kalian [agar dilaksanakan] mulai dari 'Isya hingga terbit fajar". [HR. lima sunan selain Annasâiy]


Sholat witir boleh dilaksanakan tiga rakaat langsung dengan sekali salam, atau dua rakaat salam kemudian dilanjutkan dengan satu rakaat.


Boleh saja melaksanakan shalat tahajud, meskipun setelah shalat tarawih. Sebaiknya dengan mengikuti shalat tarawih berjamaah, namun tidak mengikuti shalat witir, sebab yang lebih afdal menempatkan shalat witir di akhir shalat malam. Usai tahajud baru melaksanakan shalat witir.


saya amat bersyukur atas pencerahan yang diberikan sahabat saya tersebut, rupanya masih banyak ilmu agama yang belum saya ketahui. semoga Allah senantiasa memberikan kita semua petunjuk. Amin
Terima kasih untuk sahabat-sahabat saya telah berbagi ilmu dan pengetahuannya, semoga Allah SWT melipat gandakan pahalanya untuk sahabat semua. Amin Yaa Rabbal Alamin